Mungkin banyak generasi muda yang tidak tau apa sih Lokananta itu. 9 dari 10 orang yang aku tanyain, engga tau apa itu Lokananta. Awalnya sih aku juga engga tau Lokananta hehehe, tapi karena ada tugas bikin coffe table book, jadi sekarang aku tau deh. Dan engga nyesel lho bisa riset disini, karena disini kalian bisa lihat koleksi piringan hitam yang sangat langka, dan hanya bisa ditemukan disini. Selain itu aku juga melihat bagaimana cara mengubah file suara dari piringan hitam/ kaset menjadi suara digital (mp3).
Tapi sayang, pemerintah sepertinya tidak terlalu memberikan perhatian kepada Lokananta, karena untuk merawat piringan hitam dan mesin-mesin yang ada, pihak Lokananta harus mengeluarkan biaya sendiri. Biaya untuk merawat piringan hitam kan ya tidak lumayan murah, padahal mereka memiliki sekitar 5.200 koleksi.
Menurut Wikipedia, Lokananta adalah perusahaan
rekaman musik (label) pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956 dan berlokasi di Solo, Jawa
Tengah. Sejak berdirinya, Lokananta mempunyai dua tugas
besar, yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian cassette audio.
Mulai tahun 1958,
piringan hitam mulai dicoba untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label
Lokananta yang kurang lebih berarti "Gamelan di Kahyangan yang berbunyi
tanpa penabuh".
Semenjak
tahun 1983 Lokananta juga
pernah mempunyai unit produksi penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax danVHS).
Melihat
potensi penjualan piringan hitam maka melalui PP Nomor 215 Tahun 1961 status Lokananta
menjadi Perusahaan Negara. Lokananta sekarang menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara RI.
Sebagai Perum Percetakan Negara RI cabang Surakarta kegiatannya antara
lain :
1.
Recording
2.
Music Studio
3.
Broadcasting
4.
Percetakan dan
Penerbitan
Lokananta
sampai sekarang masih mempunyai koleksi ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh
Indonesia (Ethnic/World Music/foklor) dan lagu-lagu pop lama
termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai
koleksi lebih dari 5.000 lagu rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato
kenegaraan Presiden Soekarno.
Koleksinya
antara antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara
(batak) dan musik daerah lainnya serta lagu lagu folklore ataupun lagu rakyat
yang tidak diketahui penciptanya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang
kesohor Ki Narto Sabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogya merupakan
sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. Tersimpan juga master lagu berisi
lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek
Puspa, Bing Slamet,
dan Sam Saimun.
Lokananta telah melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.
Salah
Satu karya musik produksi Lokananta adalah merekam lagu Rasa
Sayange bersama
dengan lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini
kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15
Agustus 1962. Lagu Rasa sayange yang merupakan lagu foklore dari Maluku yang
telah menjadi musik rakyat Indonesia.
Para
pecinta musik Indonesia juga sempat menggalang kampanye yang bertajuk #savelokanta.
Beberapa waktu lalu penyanyi Glenn Fredly merilis album DVD Live yang bertajukGlenn Fredly & Bakucakar Live from Lokananta.
Glenn hingga sekarang ini memang getol berkampanye dengan berbagai cara untuk mengangkat kembali Lokananta jadi warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Studio bersejarah ini memiliki rekaman Indonesia Raya. Studio yang terletak di jalan Ahmad Yani 387, Solo ini memang menyimpan banyak sejarah perjalanan musik Indonesia dan bisa dikatakan sebagai titik nol musik Indonesia.
Dalam perjalanan sejarahnya, musisi-musisi seperti Gesang, Titik Puspa, Waldjinah, Ismail Marzuki, Bubi Chen, Jack Lesmana, Bing Slamet, Idris Sardi dan masih banyak yang lainnya pernah melakukan rekaman disana. Ada lebih dari 40 ribu piringan hitam musik tradisional diseluruh Indonesia berada di sana.
Ribuan master rekaman berbagai genre musik, dari mulai pop, kroncong, hingga jazz sejak tahun 50-an hingga 80-an disimpan di sana. Bahkan, master rekaman pidato proklamasi Soekarno juga tersimpan disana.
Sayangnya seiring dengan waktu, kisah kejayaan Lokananta kian menghilang. Hampir semua dokumen berharga yang tersimpan di sana kondisinya sudah kurang layak karena minimnya dana yang dimiliki oleh Lokananta. Beberapa koleksi pun dijual secara terpaksa kepada kolektor untuk biaya operasional.
Selain Glenn, grup musik White Shoes and The Couples Company juga merekam ulang lagu-lagu mereka untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda Indonesia agar peduli dengan Lokananta.
Diharapkan, program ini nantinya dapat membuat anak-anak muda semakin mengenal dan peduli pada Lokananta serta bisa menjadi komunitas guyub yang melakukan berbagai aktivitas positif secara rutin. Indonesia akan kehilangan rantai informasi mengenai sejarah musik dan budaya Indonesia jika Lokananta tidak segera diselamatkan.
Glenn hingga sekarang ini memang getol berkampanye dengan berbagai cara untuk mengangkat kembali Lokananta jadi warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Studio bersejarah ini memiliki rekaman Indonesia Raya. Studio yang terletak di jalan Ahmad Yani 387, Solo ini memang menyimpan banyak sejarah perjalanan musik Indonesia dan bisa dikatakan sebagai titik nol musik Indonesia.
Dalam perjalanan sejarahnya, musisi-musisi seperti Gesang, Titik Puspa, Waldjinah, Ismail Marzuki, Bubi Chen, Jack Lesmana, Bing Slamet, Idris Sardi dan masih banyak yang lainnya pernah melakukan rekaman disana. Ada lebih dari 40 ribu piringan hitam musik tradisional diseluruh Indonesia berada di sana.
Ribuan master rekaman berbagai genre musik, dari mulai pop, kroncong, hingga jazz sejak tahun 50-an hingga 80-an disimpan di sana. Bahkan, master rekaman pidato proklamasi Soekarno juga tersimpan disana.
Sayangnya seiring dengan waktu, kisah kejayaan Lokananta kian menghilang. Hampir semua dokumen berharga yang tersimpan di sana kondisinya sudah kurang layak karena minimnya dana yang dimiliki oleh Lokananta. Beberapa koleksi pun dijual secara terpaksa kepada kolektor untuk biaya operasional.
Selain Glenn, grup musik White Shoes and The Couples Company juga merekam ulang lagu-lagu mereka untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda Indonesia agar peduli dengan Lokananta.
Diharapkan, program ini nantinya dapat membuat anak-anak muda semakin mengenal dan peduli pada Lokananta serta bisa menjadi komunitas guyub yang melakukan berbagai aktivitas positif secara rutin. Indonesia akan kehilangan rantai informasi mengenai sejarah musik dan budaya Indonesia jika Lokananta tidak segera diselamatkan.
Kalau kalian berkunjung ke Solo, sempatin deh ke Lokananta :)
No comments:
Post a Comment